Minggu, 11 April 2021

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1"PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN"

I

ng ngarsa sung thulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani adalah sebuah semboyan yang sering kita dengar didunia pendidikan. Adalah Ki Hajar Dewantara, sosok yang mencetuskan semboyan tersebut sekaligus beliau sebagai pahlawan yang telah memperjuangkan sistem pendidikan di tanah surga ini dan berani menentang sistem pendidikan Hindia-Belanda di era kolonial dulu. Semboyan”Ing ngarsa sung thulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang disebut sebagai pratap triloka mengandung arti “di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang memberi dorongan”. 

Makna dari pratap triloka di atas adalah prinsip pendidikan yang progresif. Jadi, seorang guru bukan sekedar sosok yang berdiri di depan dan mentransfer ilmu ke murid, tapi juga harus berdiri di antara murid dan di belakang mereka. Sistem ini mengajarkan kepada seorang pendidik untuk rendah hati, pengertian, mengayomi dan memahami muridnya. Setiap rencana, aktivitas, kegiatan, dan keputusan yang diambil oleh pendidik hendaknya selalu berpihak pada murid.

Setiap muird terlahir dengan bakat masing-masing. Sehingga tidak tepat kalau sekarang kita mengatakan bahwa murid itu diibaratkan sebagai kertas kosong yang bisa ditulis semau-maunya oleh pendidik. Murid diibaratkan sebagai sebuah kertas yang berisi tulisan-tulisan yang samar atau kabur, sehingga pendidik hanya sebatas menerangkan kembali tulisan-tulisan tersebut. Dalam hal ini pendidik hanya sebatas menuntun tumbuh kembangnya kodrat-kodrat yang ada pada diri murid.

Dalam menuntun murid, hendaknya seorang pendidik harus berpikir matang-matang dalam mengambil setiap keptusan. Selaian memperhatikan kodrat-kodrat yang ada pada diri murid, perlu kiranya memperhatikan hal-hal lain juga. Diantaranya menerapkan paradigma inkuiri apresiatif (paradigma perubahan dengan pendekatan kolaboratif berbasis kekuatan), menerapkan budaya positif (gaya hidup pada suatu kelompok untuk diwariskan), pembelajaran diferensiasi (usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuh kebutuhan belajar murid), pembelajaran social emosional (pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah) dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana pendidik menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan setiap akan mengambil keputusan.

Setiap keputusan yang diambil oleh pendidik yang berdampak ke murid tentunya sangat dipengaruhi oleh karakter pendidik. Karakter merupakan kejadian-kejadian yang berulang-ulang yang dilakukan sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang dipengaruhi oleh lingkungan sadar dan bawah sadar. Karakter inilah yang nantinya akan menentukan sebuah keputusan yang akan diambil oleh seseorang pendidik. Jika sesorang pendidik terbiasa melakukan hal-hal atas dasar rasa kasihan maka orang tersebut akan mengambil sebuah keputusan atas dasar prinsip kasihan dan membelokkan aturan, begitu juga sebaliknya ketika seorang pendidik terbiasa melakukan hal-hal atas dasar aturan maka orang tersebut akan mengambil sebuah keputusan berdasarkan aturan dan mengeyampingkan rasa kasihan sebagai wujud bentuk menegakkan aturan.

Dalam mengambil sebuah keputusan tentunya ada pertentangan yang akan dialami. Pertentangan inilah yang terkadang dinamakan dengan dilima etika atau bujukan moral. Dilima etika merupaka situasi benar vs benar. Artinya bahwa situasi yang terjadi ketika sesorang harus memilih diantara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentengan. Misalnya ketika orang menentukan pilihan antara aturan dengan kasihan. Adalah benar jika orang tersebut memilih atauran dan mengenyampingkan rasa kasihan untuk menegakkan aturan sebagai rasa hormat terhadap keadilan. Dan benar juga jika orang tersebut membengkokkan aturan merupakan rasa kasihan atau kebaikan. Sedangkan bujukan moral murupakan situasi benar vs salah. Arinya adalah situasi yang terjadi ketika sesorang membuat keputusan antara benar atau salah. Misalnya berbohong untuk melindungi sesorang. Walaupun tujuannya baik berbohong tetap tidak dibenarkan

Dalam dunia pendidikan dilima etika adalah hal berat yang harus dihadapi. Karena etika bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Sehingga dalam mengambil sebuah keputusan perlu kiranya dipikirkan secara matang-matang agar tidak menimbulkan penyesalan dikemudian hari. Ibarat sebuah pribahasa “sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tiada guna” yang mengandung arti “hendaknya berpikir masak-masak sebelum membuat suatu keputusan “.

Keputusan yang kita ambil sebagai pendidik tentunya memiliki dampak terhadap murid. Terutama keputusan yang berkaitan dengan dilima etika. Sehingga perlu menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam pengambilan sebuah keputusan. Karena etika bersifat relatif bukan berarti keputusan yang diperoleh sudah baik dengan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan tetapi dengan menerapkan 9 langkah tersebut seorang pendidik sudah berusaha melakukan yang terbaik dalam mengambil sebuah keputusan. 9 langkah ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1.    Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

Langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama serta  akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. 

2.    Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu perlu selanjutnya untuk mengetahui dilema siapakah ini.

3.    Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Dalam pengambilan keputusan yang baik tentunya membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya.

4.    Pengujian benar atau salah

ü  Uji Legal

Pertanyaan dasar yang harus diajukan adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah.

ü  Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik.

ü  Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi kita dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini.

ü  Uji Halaman Depan Koran

Apa yang kita akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dimana sesuatu yang kita anggap merupakan ranah pribadi kita tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat.

ü  Uji Panutan/Idola

Dalam langkah ini, kita akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan kita, misalnya ibu kita. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu kita, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi kita dan orang yang sangat berarti bagi kita.

5.    Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang kita alami

o   Individu lawan masyarakat (individual vs community)

o   Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

o   Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

o   Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

6.    Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang kira-kira yang akan dipakai

o   Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

o   Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

o   Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking

7.    Investigasi Opsi Trilema

Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini.

8.    Buat Keputusan

Titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

9.    Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Pada akhirnya kita sebagai pendidik hendaknya tetap berusaha konsisten menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian dalam pengambilan keputusan baik yang menyangkut urusan murid maupun urusan sekolah. Karena yang menjadi kendala seorang pendidik apalagi pribadi penulis adalah sebuah kekonsistenan dalam menerapkannya. Segala bentuk keputusan yang kita ambil itu kelak yang akan menjalaninya adalah murid. Guru hanya sebatas membimbing, sehingga keputusan yang kita ambil hendaknya selalu berpihak terhadap murid guna memberikan dampak yang positif dalam pengembangan potensi murid.





2 komentar:

PEMBELAJARAN YANG NYAMAN DAN DINANTIKAN OLEH SELURUH MURID

Latar Belakang   K egiatan Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan ...