pa
yang ada dibenak pikiran Anda jika mendengar kata “Ekosistem”?. Pasti dipikiran
Anda adalah mata pelajaran biologi. Dalam biologi eksosistem merupakan suatu
sistem ekologi (cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi antara makhluk
hidup dengan makhluk hidup lain dan juga dengan lingkungan sekitarnya) yang
terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara kompenen biotik (makhluk
hidup) dengan kompenen abiotik (lingkungannya). Ekosistem yang baik dicirikan
dengan ditandai adanya pola hubungan yang saling menunjang antara kompenen
biotik dengan abiotik. Sebuah
sekolah bisa diibaratkan sebagai sebuah ekosistem. Hal ini disebabkan karena
disekolah terjadi interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik
(unsur yang tidak hidup). Jika kedua factor ini yakni factor biotik dan abiotic
saling berinteraksi secara selaras dan harmonis maka akan terbentuk sebuah tatanan
yang positif disebuah sekolah. Begitu pula sebaliknya jika kedua factor ini
tidak tidak selaras dan harmonis dalam berinteraksi maka tatanan pada sekolah
tersebut akan rusak. Faktor-faktor
biotik yang ada dalam ekosistem sekolah meliputi : murid, kepala sekolah, guru,
staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar
sekolah. Sedangkan faktor-faktor abiotic meliputi keuangan serta sarana dan prasarana. Dalam
melakukan pengembangan dan perubahan disebuah komunitas/sekolah, selain mengetahui
factor-faktor yang saling berinteraksi ini perlu kiranya juga mengetahui dan
menggunakan pendekatan yang dipakai dalam mengembangkan sebuah komunitas/
sekolah. Ada 2 (dua) jenis pendekatan
yang dipakai dalam mengembangkan sebuah komunitas/ sekolah yakni Pendekatan
berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking). Pendekatan
berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan memusatkan perhatian kita pada apa yang
mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara
pandang negative sehingga dapat menjadikan buta terhadap potensi dan peluang
yang ada di sekitar. Sedangkan Pendekatan Berbasis Aset akan menekankan kepada
kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang
dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri
mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.
Perbedaan kedua pendekatan ini dapat dilihat pada table dibawah ini
Dari uraian tentang perbedaan kedua pendekatan tersebut, manakah yang sering kita gunakan sebagai seorang guru dalam mengembangkan kelas/sekolah?. Tentunya harapannya sekarang adalah dalam melakukan pengembangan kelas/sekolah sudah saatnya seorang guru fokus menggunakan pendekatan berbasis aset. Karena inti dari pendekatan berbasis aset adalah fokus pada asset dan kekuatan yang dimiliki sehingga akan diperoleh hasil yang sifatnya berkelanjutan. Hal ini juga sejalan dengan konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan sebuah paradigma managamen perubahan yakni inkuiri apresiatif (IA). Menurut Ki Hadjar Dewantara bahwa “pendidik hanya bisa menuntun murid sesuai kodrat alam dan Kodrat jaman” . Artinya kodrat alam dan kodrat jaman (keduanya ini disebut dengan kodrat keadaan) tidak bisa diubah. Sedangkan inkuiri apresiatif (IA) adalah paradigma perubahan berdasarkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki. Sehingga dalam melakukan perubahan hendaknya berdasarkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki (aset) baik “kodrat alam maupun kodrta jaman” sehingga akan diperoleh hasil yang sifatnya berkelanjutan dan tentunya berpihak kepada murid. Berpihak pada murid dapat dilihat dari bagaimana seorang pendidik menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar murid (pembelajaran berdiferensiasi). Dalam mengimplementasikan pendekatan berbasis aset, perlu kiranya mengetahui aset-aset yang dimiliki oleh sebuah komunitas/sekolah. Menurut Green dan Haines (2002) ada 7 aset utama (modal utama), yaitu: 1. Modal Manusia
2. Modal Sosial
3. Modal Fisik
4.
Modal
Lingkungan/alam Bisa
berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam
upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara
yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya. 5.
Modal
Finansial Dukungan
keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk
membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas. 6. Modal Politik
7.
Modal
Agama dan budaya Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya. |
Kamis, 29 April 2021
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2 "PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA"
Minggu, 11 April 2021
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1"PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN"
I |
ng
ngarsa sung thulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani adalah sebuah semboyan yang sering kita
dengar didunia pendidikan. Adalah Ki Hajar Dewantara, sosok yang mencetuskan
semboyan tersebut sekaligus beliau sebagai pahlawan yang telah memperjuangkan
sistem pendidikan di tanah surga ini dan berani menentang sistem pendidikan
Hindia-Belanda di era kolonial dulu. Semboyan”Ing ngarsa sung thulada, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang disebut sebagai pratap triloka mengandung
arti “di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang
memberi dorongan”.
Setiap muird terlahir
dengan bakat masing-masing. Sehingga tidak tepat kalau sekarang kita mengatakan
bahwa murid itu diibaratkan sebagai kertas kosong yang bisa ditulis
semau-maunya oleh pendidik. Murid diibaratkan sebagai sebuah kertas yang berisi
tulisan-tulisan yang samar atau kabur, sehingga pendidik hanya sebatas menerangkan
kembali tulisan-tulisan tersebut. Dalam hal ini pendidik hanya sebatas menuntun
tumbuh kembangnya kodrat-kodrat yang ada pada diri murid.
Dalam menuntun murid, hendaknya
seorang pendidik harus berpikir matang-matang dalam mengambil setiap keptusan. Selaian
memperhatikan kodrat-kodrat yang ada pada diri murid, perlu kiranya
memperhatikan hal-hal lain juga. Diantaranya menerapkan paradigma inkuiri
apresiatif (paradigma perubahan dengan pendekatan kolaboratif berbasis kekuatan),
menerapkan budaya positif (gaya hidup pada suatu kelompok untuk diwariskan),
pembelajaran diferensiasi (usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas
untuk memenuh kebutuhan belajar murid), pembelajaran social emosional
(pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah) dan
yang tidak kalah penting adalah bagaimana pendidik menerapkan 9 langkah pengambilan
dan pengujian keputusan setiap akan mengambil keputusan.
Dalam mengambil sebuah keputusan tentunya ada pertentangan yang akan dialami. Pertentangan inilah yang terkadang dinamakan dengan dilima etika atau bujukan moral. Dilima etika merupaka situasi benar vs benar. Artinya bahwa situasi yang terjadi ketika sesorang harus memilih diantara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentengan. Misalnya ketika orang menentukan pilihan antara aturan dengan kasihan. Adalah benar jika orang tersebut memilih atauran dan mengenyampingkan rasa kasihan untuk menegakkan aturan sebagai rasa hormat terhadap keadilan. Dan benar juga jika orang tersebut membengkokkan aturan merupakan rasa kasihan atau kebaikan. Sedangkan bujukan moral murupakan situasi benar vs salah. Arinya adalah situasi yang terjadi ketika sesorang membuat keputusan antara benar atau salah. Misalnya berbohong untuk melindungi sesorang. Walaupun tujuannya baik berbohong tetap tidak dibenarkan
Dalam dunia pendidikan dilima etika adalah hal berat
yang harus dihadapi. Karena etika bersifat relatif dan bergantung pada kondisi
dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Sehingga dalam mengambil
sebuah keputusan perlu kiranya dipikirkan secara matang-matang agar tidak
menimbulkan penyesalan dikemudian hari. Ibarat sebuah pribahasa “sesal dahulu
pendapatan sesal kemudian tiada guna” yang mengandung arti “hendaknya berpikir
masak-masak sebelum membuat suatu keputusan “.
Keputusan yang kita ambil sebagai pendidik tentunya
memiliki dampak terhadap murid. Terutama keputusan yang berkaitan dengan dilima
etika. Sehingga perlu menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan
dalam pengambilan sebuah keputusan. Karena etika bersifat relatif bukan berarti
keputusan yang diperoleh sudah baik dengan menerapkan 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan tetapi dengan menerapkan 9 langkah tersebut seorang
pendidik sudah berusaha melakukan yang terbaik dalam mengambil sebuah keputusan.
9 langkah ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling
bertentangan dalam situasi ini.
Langkah ini
mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih
langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama serta akan membuat kita menyaring masalah yang
betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan
dengan sopan santun dan norma sosial.
2.
Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.
Bila kita telah
mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu perlu selanjutnya untuk
mengetahui dilema siapakah ini.
3.
Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi
ini.
Dalam pengambilan
keputusan yang baik tentunya membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti
misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak,
dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka
mengatakannya.
4.
Pengujian benar atau salah
ü Uji Legal
Pertanyaan dasar
yang harus diajukan adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran
hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar
lawan benar, namun antara benar lawan salah.
ü Uji
Regulasi/Standar Profesional
Bila dilema etika
tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran
peraturan atau kode etik.
ü Uji Intuisi
Langkah ini
mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi kita dalam merasakan apakah ada
yang salah dengan situasi ini.
ü Uji Halaman Depan
Koran
Apa yang kita akan
rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dimana
sesuatu yang kita anggap merupakan ranah pribadi kita tiba-tiba menjadi
konsumsi masyarakat.
ü Uji Panutan/Idola
Dalam langkah ini,
kita akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan
panutan kita, misalnya ibu kita. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu
kita, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau
adalah orang yang menyayangi kita dan orang yang sangat berarti bagi kita.
5.
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
Dari keempat
paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang kita alami
o
Individu lawan masyarakat (individual vs community)
o
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
o
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
o Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
6.
Melakukan Prinsip Resolusi
Dari 3 prinsip
penyelesaian dilema, mana yang kira-kira yang akan dipakai
o
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
o
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
o
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking
7.
Investigasi Opsi Trilema
Mencari opsi yang
ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini.
8.
Buat Keputusan
Titik di mana kita
harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk
melakukannya.
9.
Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Lihat kembali
proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi
kasus-kasus selanjutnya.
Pada akhirnya kita sebagai pendidik hendaknya tetap berusaha
konsisten menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian dalam pengambilan keputusan
baik yang menyangkut urusan murid maupun urusan sekolah. Karena yang menjadi
kendala seorang pendidik apalagi pribadi penulis adalah sebuah kekonsistenan
dalam menerapkannya. Segala bentuk keputusan yang kita ambil itu kelak yang
akan menjalaninya adalah murid. Guru hanya sebatas membimbing, sehingga
keputusan yang kita ambil hendaknya selalu berpihak terhadap murid guna
memberikan dampak yang positif dalam pengembangan potensi murid.
Kamis, 08 April 2021
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
S |
esal dahulu pendapantan sesal kemudian tiada guna adalah sebuah pribahasa
yang terkadang sering kita dengar. Pribahasa tersebut mengandung arti “hendaknya berpikir masak-masak sebelum
membuat suatu keputusan “. Kaitannya dengan itu didalam dunia pendidikan
tentunya kita tidak ingin menyesal dikemudian hari dalam mengambil dan
menetapkan sebuah keputusan. Sehingga perlu memikirkan secara matang setiap
mengambil keputusan.
Secara umum dilima ini dikelompokkan
menjadi dua yaitu dilima etika dan bujukan moral. Dilima etika merupaka situasi benar
vs benar. Artinya bahwa situasi yang
terjadi ketika sesorang harus memilih diantara dua pilihan dimana kedua pilihan
secara moral benar tetapi bertentengan. Misalnya ketika orang menentukan
pilihan antara aturan dengan kasihan. Adalah benar jika orang tersebut memilih
atauran dan mengenyampingkan rasa kasihan untuk menegakkan aturan sebagai rasa
hormat terhadap keadilan. Dan benar juga jika orang tersebut membengkokkan
aturan sebagai bentuk rasa kasihan atau kebaikan
Sedangkan bujukan moral murupakan
situasi benar vs salah. Arinya adalah situasi yang terjadi ketika sesorang
membuat keputusan antara benar atau salah. Misalnya berbohong untuk melindungi
sesorang. Walaupun tujuannya baik berbohong tetap tidak dibenarkan. Nah
sekarang sudah seyogyanya kita dalam mengambil sebuah keputusan terlebih dahulu
membedakan apakah dilima yang kita hadapi ini termasuk dalam kategori dilima
etika atau bujukan moral.
Dalam dunia pendidikan dilima etika adalah hal berat yang harus dihadapi. Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini:
- Individu lawan masyarakat (individual vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Keempat kategori ini adalah pola umum yang sering muncul dalam dilima
etika yang sering dihadapi. Sehingga perlu kiranya mengetahui pola-pola yang
terjadi ketika menetapkan sebuah keputusan agar selanjutnya dapat menentukan
langkah-langkah berikutnya dalam penentapan keputusan.
Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Sehingga setelah mengetahui pola yang terjadi selanjutnya perlu menentukan prinsip yanga akan digunakan dalam pengambilan keputusan. Ada tiga prinsip yang paling sering dikenali dan digunakan dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, yang harus dihadapi pada dunia saat ini. (Kidder, 2009, hal 144). Ketiga prinsip tersebut adalah:
- Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
- Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Setelah menegtahui pola dan prinsip yang digunakan dalam menetukan
pilihan terhadap dilima etika yang dihadapi selanjutnya dapat menerapkan 9
langkah pengambilan keputusan sehingga keputusan yang akan diambil akan menjadi
keputusan yang terbaik. 9 langkah ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling
bertentangan dalam situasi ini.
Langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi
masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa
menilainya dengan lebih saksama serta akan membuat kita menyaring masalah yang
betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan
dengan sopan santun dan norma sosial.
2.
Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi
ini.
Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di
situasi tertentu perlu selanjutnya untuk mengetahui dilema siapakah ini.
3.
Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan
situasi ini.
Dalam pengambilan keputusan yang baik tentunya membutuhkan
data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi
tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa
berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya.
4. Pengujian benar atau salah
- Uji Legal
Pertanyaan dasar yang harus diajukan adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah.
- Uji Regulasi/Standar Profesional
Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik.
- Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi kita dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini.
- Uji Halaman Depan Koran
Apa yang kita akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dimana sesuatu yang kita anggap merupakan ranah pribadi kita tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat.
- Uji Panutan/Idola
Dalam langkah ini, kita akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan kita, misalnya ibu kita. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu kita, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi kita dan orang yang sangat berarti bagi kita.
5.
Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang
terjadi di situasi yang kita alami
6.
Melakukan Prinsip Resolusi
Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang kira-kira
yang akan dipakai
7.
Investigasi Opsi Trilema
Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara
untuk berkompromi dalam situasi ini.
8.
Buat Keputusan
Titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan
keberanian secara moral untuk melakukannya.
9.
Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan
Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.
Dari ketiga uraian langkah mengambil keputusan, seyogyanya kita yang
terlibat dalam dunia pendidikan hendaknya menerapkan langkah-langkah tersebut
ketika kita pada kondisi atau keadaan dalam mengambil dan menetapkan sebuah
keputusa.
Berdasarkan uraian diatas ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan dan
jawaban pribadi terkait dengan keempat uraian materi (dilima etika dan bujukan
moral, paradigm delima etika, prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan) tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1. Apa rencana ke depan dalam menjalani pengambilan keputusan yang mengandung unsur dilema etika?
Jawaban: Kedepan setiap pengambilan keputusan yang mengandung unsur delima etika akan mencoba pelan-pelan dalam menerapkan prinsip pengambilan keputusan, paradigma delima etika dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga nanti akan menjadi sebuah kebiasaan dalam menerpakan ketiga materi tersebut dalam mengambil sebuah keputusan2.
Bagaimana saya bisa mengukur efektivitas
pengambilan keputusan saya?
Jawaban: Efektivitas pengambilan keputusan dapat diikur dari dua
hal. Pertama bahwa keputusan yang telah ditetapkan kemudian dijalan tidak akan
menimbulkan penyelesalan dikemudian (sesal dahulu pendapatan sesal kemudian
tiada guna). Kedua bahwa keputusan yang diambil dapat memberikan dampak yang
positif bagi diri pribadi maupun bagu lingkungan sekitar
3.
Siapa
yang akan membantu atau mendampingi saya?
Jawaban: Yang akan membantu saya adalah beberapa rekan guru dan kepala sekolah jika menyangkut urusan kelas dan lingkungan sekolah. Sedangkan jika menyangkut pengambilan keputusan dilingkungan keluaraga tentunya sitri dan orang tua
4. Bagaimana saya nanti akan mentransfer dan
menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di
sekolah/lingkungan asal saya?
Jawaban: Ilmu yang diperoleh akan ditransfer dan diterapkan pada komunitas kecil (komunitas praktisi) yang coba dirintis disekolah. Selain itu ilmu yang diperoleh ini akan diterapkan secara perlahan-lahan mulai dari hal yang kecil yakni dikelas-kelas tempat mengajar kemudian selanjutnya menyangkut sekolah
5. Apa langkah-langkah awal yang akan say lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?
Jawaban: Langkah
awal yang dilakukan adalah mulai memberanikan diri untuk mencoba menerapkan 3
materi yakni prinsip pengambilan keputusan, paradigma delima etika dan 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan sehingga harapan kedepan akan tertanam
pada diri dan akan menjadi sebuah kebiasaan dalam mengambilan keputusan
6. Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa?
Catat rencana, sehingga saya tidak lupa.Jawaban: Langkah-langkah
tersebut akan saya coba diterapkan setiap hari tentunya ketika sedang
mengahdapi delima etika.
7. Siapa yang akan menjadi pendamping saya,
dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?
Seseorang yang akan menjadi teman diskusi saya untuk menentukan apakah
langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.
Jawaban: Yang menjadi pendamping saya adalah beberapa rekan guru yang beberapa bulan ini bisa di ajak untuk menjalankan program guru penggerak serta kepala sekolah.
PEMBELAJARAN YANG NYAMAN DAN DINANTIKAN OLEH SELURUH MURID
Latar Belakang K egiatan Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan ...
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjt8M3iy9bgIsha8R02z1pRd0VodNOAK7b_Zzc1YKm1l0bCFiBWYcu16furCE9E9-rmJX_0_nHtytf0g41ZZObI_0xfhg8RXDiZwNe9iUt_RCOfcmko5meJ6eW4ERqbvcKhwrt5jr2_Zu0/s320/IMG-20210504-WA0002.jpg)
-
S esal dahulu pendapantan sesal kemudian tiada guna adalah sebuah pribahasa yang terkadang sering kita dengar. Pribahasa...
-
J ika Anda gagal membuat sebuah rencana berarti Anda merencanakan sebuah kegagalan. Maksud dari pernyataan tersebut adalah pentingnya meny...
-
Latar Belakang K egiatan Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan ...