Sabtu, 05 Juni 2021

PEMBELAJARAN YANG NYAMAN DAN DINANTIKAN OLEH SELURUH MURID

Latar Belakang 

K

egiatan Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan murid atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Proses timbal balik dalam situasi edukatif ini umumnya berlangsung dikelas. Ruang Kelas adalah suatu ruangan dalam bangunan sekolah, yang berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan tatap muka dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sehingga tidak heran semua sekolah berlomba-lomba untuk mendirikan membangun sebuah kelas yang terstandar sebagai tempat belajar. Kelas yang sudah dibangun sesuai standar tentunya bertujuan untuk membuat proses pembelajaran yang nyaman sehingga apa yang menjadi tujuan dari kegiatan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran yang nyaman disini mengandung arti bahwa pembelajaran yang menggunakan tempat yang sejuk, enak, bersih, dan murid tidak tertekan serta menggunakan metode yang bervariasi.

Dalam menciptakan pembelajaran yang nyaman ini tentunya kelas bukan satu-satunya menjadi tempat pembelajaran. Terkadang pada kondisi tertentu sebuah kelas tidak nyaman dijadikan temapat pembelajaran. Misalnya kondisi kelas yang kotor, dan gerah. Kondisi kelas yang kotor ini biasanya terjadi jika tidak ada petugas yang mebersihkan kelas sedangakan kondisi gerah biasanya terjadi pada musim kemaru walaupun kelas dibangun sudah sesuai standar. Kedua contoh ini merupakan beberapa factor yang menyebabkan kelas menjadi tidak nyaman utuk dijadikan tempat belajar sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran tidak tercapai.

SMAN 1 Labuhan Haji adalah sekolah yang terletak dipinggir pantai. Walaupun termasuk sekolah pinggiran, SMAN 1 Labuhan Haji banyak memiliki asset-aset yang tidak kalah dengan sekolah diperkotaan. Misalnya memiliki mushalla yang cukup luas, laboratorium computer yang dilengkapii dengan AC dan jaringan internet 30 mbps, memiliki flatform pemvelajaran yang dikelola sejara mandiri (moodle), berugak literasi yang ditempatkan disetiap pojok, laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biologi, lapangan basket, lalapangan voli, pohon beringin yang memberikan keteduhan, dan lahan yang kosong (1,3 hektar belum dibangun). Aset-aset ini jarang dimanfaatkan oleh sebagian besar guru guna memenuhi kebutuhan belajar murid. Guru dominan menggunakan kelas sebagai tempat pembelajaran. Padahal ketika musim kemarau, suasana dilingkungan sekolah terutama kelas sangat gerah (SMAN 1 Labuhan Haji terletak dipinggir pantai) sehingga murid tidak nyaman dalam pembelajaran.

Oleh sebab itu, berdasarkan asset-aset yang dimiliki dan kondisi SMAN 1 Labuhan Haji, penulis mencoba melakukan kegiatan pembelajaran yang nyaman untuk memenuhi kebutuhan belajar murid sehingga kegiatan pembelajaran akan dinantikan oleh murid.


Aksi Nyata Yang Dilakukan

A

ksi nyata yang dilakukan oleh penulis adalah mengoptimalkan asset-aset yang ada di SMAN 1 Labuhan Haji yang dimanfaatkan sebagai tempat belajar selain kelas. Aksi nyata menciptakan pembelajaran yang nyaman dan dinantikan oleh seluruh murid ini merupakan salah satu bagian terkecil dalam menerapakan konsep merdeka belajar. Melalui aksi nyata pembelajaran yang nyaman ini diharapkan hasil yang akan diperoleh nanti siftanya berkelanjutan karena memanfaatkan asset-aset yang dimiliki oleh sekolah. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam aksi nyata ini sebagai berikut:

  1. Mengajak murid untuk berkeliling mencari tempat/spot yang nyaman sebagai tempat belajar selain kelas
  2. Menanyakan pada murid tempat belajar yang mereka senangi
  3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tempat yang mereka inginkan serta denga metode yang bervariasi
  4. Pelibatan semua pihak yang ada disekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, pegawai, komunitas praktis, dan murid) untuk bersama-sama melakukan kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan asset-aset sekolah selain kelas
  5. Melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
  6. Melakukan perbaikan untuk kegiatan berikutnya

Uraian diatas dalah langkah-langkah aksi nyata yang dilakukan oleh penulis sebagai upaya memanfaatkan asset-aset yang ada disekolah untuk menciptakan pembelajaran yang nyaman sehingga terpenuhi kebutuhan belajar murid. Alasan penulis melakukan aksi nyata ini adalah:

  1. Mengunakan aset-aset yang ada disekolah untuk mencipatkan pembelajaran yang nyaman
  2. Memenuhi kebutuhan belajar murid melalui kegiatan pembelajaran selain dikelas
  3. Memberikan contoh kepada guru yang lain bahwa ada tempat/spot yang bisa dijadikan sebagai tempat belajar selain kelas


Aksi Nyata Yang Dilakukan


Hasil Dari Aksi Nyata

H

asil dari aksi nyata yang dilakukan oleh penulis adalah memenuhi kebutuhan belajar murid melalui pemanfaatan asset sekolah sebagai tempat dan media pembelajaran guna menciptakan pembelajaran yang nyaman. Aset sekolah yang dimanfaatkan diantaranya pemanfaatan berugak sebagai tempat pembelajaran serta menggunakan laboratorium computer dan platform pembelajaran moodle sebagai tempat dan media pembelajaran. Selain itu didapatkan informasi dari murid mengenai tempat belajar yang merka senangi disekitar lingkungan sekolah. Sehingga informasi ini dapat dijadikan untuk melakukan aksi nyata berikutnya kaitannya dengan menciptakan pembelajaran yang nyaman dan dinantikan oleh seluruh murid.

Adapun hasil yang tak terduga dari aksi ini yang membuat penulis sangat bahagia adalah ketika pembelajaran selesai ada seorang murid yang secara spontan menanyakan kepada penulis “kapan kita belajar fisika lagi pak guru?”. Pertanyaan yang muncul dari murid ini menandakan bahwa murid sudah mulai menemukan kenyaman dan menantikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan 


Pembelajaran Yang Didapatkan Dari Pelaksanaan

D

ari pelakasanaan aksi nyata ini, pembelajaran yang penulis dapatkan adalah banyak potensi atau asset-aset yang dimiliki oleh sekolah yang dapat dijadikan untuk melakukan perubahan sehingga memberikan dampak kepada murid. Perubahan yang langsung dilakukan oleh seorang guru adalah kaitannya dengan kegiatan pembelajaran. Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, selama ini penulis belum optimal memanfaatkan asset-aset yang ada diskolah dan sesuai keinginan murid. Sehingga melalui aksi nyata ini penulis bisa memanfaatkan beberapa asset sekolah dan keinginan murid sebagai tempat belajar. Akan tetapi penulis belum bisa mamnfaatkan semua asset yang ada disekolah dalam menunjang atau menciptakan pembelajaran yang nyaman dan dinantikan oleh murid karena aksi nyata ini dilakukan menjelang akhir semester.


Rencana Perbaikan Untuk Pelaksanaan di Masa Mendatang

D

alam melaksanakan pembelajaran yang nyaman ini, hendaknya melibatkan seluruh guru dan membuat komitmen bersama. Karena dalam melaksanaan pembelajaran yang nyaman dengan memanfaatkan asset-aset yang ada terutama dengan memanfaatkan asset selain kelas/diluar diluar kelas kadang membutuhkan waktu yang lama. Sehingga ketika pergantian jam pelajaran dengan guru yang lain tidak terjadi konflik. Oleh sebab itu komitmen bersama seluruh warga sekolah sangat dibutuhkan. 


Dokumentasi

Foto Murid Memanfaatkan Berugak Sebagai Tempat Belajar




Foto Murid Memanfaatkan Laboratorium Komputer dan Flatform Moodle Sebagai Tempat dan Sumber Belajar





Foto Murid Menempelkan Tempat Belajar Yang Disenangi








Selasa, 01 Juni 2021

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 "PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK

J

ika Anda gagal membuat sebuah rencana berarti Anda merencanakan sebuah kegagalan. Maksud dari pernyataan tersebut adalah pentingnya menyusun sebuah rencana atau program shingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai secara maksimal. Rencana atau program yang telah disusun dengan baik tidak menjamin bahwa apa yang menjadi tujuan dari sebuah program tersebut dapat tercapai. Sehingga perlu melakukan sebuah pengelolaan terhadap program yang telah disusun dengan baik.

Dalam dunia pendidikan, program yang telah disusun dengan baik perlu dikelola dengan baik sehingga apa yang menjadi tujuan dari sebuah program tersebut dapat tercapai secara maksimal. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola sebuah program:


1.    Monitoring dan Evaluasi

Dalam mengelola program monitoring dan evaluasi sangat penting. Monitoring adalah proses menghimpun informasi dan analisis internal dari sebuah proyek atau program. Sedangkan evaluasi adalah sebuah penilaian retrospektif secara periodik pada satu proyek atau program yang telah selesai. Monitoring dan evaluasi, atau lebih mudah disingkat dengan M&E, perlu disinergikan dengan kegiatan atau program yang sedang berjalan dengan melakukan perencanaan, tindakan, dan refleksi. Dalam melakukan monitoring dan evaluasi, Kertsy Hobson menawaran dua belas prinsip dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman:

  • Tahap awal sebelum melakukan monitoring dan evaluasi adalah mengetahui alasan mengapa monitoring dan evaluasi dibutuhkan. Banyak hal positif yang bisa diperoleh dari aktivitas monitoring dan evaluasi.
  • Menyetujui prinsip-prinsip yang menjadi pedoman. Beberapa prinsip yang harus dipenuhi adalah bahwa monitoring dan evaluasi harus relevan, berguna, sesuai dengan waktu yang ditetapkan, dan kredibel.
  • Menentukan program atau proyek yang perlu dimonitor. Dengan demikian, perlu dipikirkan program mana yang akan dinilai, untuk periode kapan, dan apakah program tersebut adalah aktivitas yang sedang berlangsung sehingga perlu dimonitoring, atau sebagai rangkaian aktivitas yang sudah selesai sehingga perlu dievaluasi.
  • Menentukan siapa saja yang terlibat dalam setiap tahapan monitoring dan evaluasi. Untuk itu,  identifikasi siapa saja dari para pihak pemangku kepentingan yang menjadi bagian internal program dan eksternal program adalah hal yang perlu diperhatikan.
  • Menentukan topik kunci dan pertanyaan untuk melakukan investigasi.
  • Mengklarifikasi sasaran, tujuan, aktivitas, dan langkah-langkah untuk berubah.
  • Mengidentifikasi informasi yang perlu diketahui. Informasi yang diperlukan biasanya ditujukan untuk memantau atau menilai apa saja yang berubah, memahami mengapa bisa berubah, dan menginterpretasi perubahan.
  • Memutuskan bagaimana informasi diperoleh.
  • Menilai kontribusi/pengaruh yang diberikan.
  • Menganalisis dan menggunakan informasi
  • Menjelaskan data.
  • Etika dan proteksi data. Dalam etika memproteksi data, semua peserta atau responden yang dilibatkan selama proses monitoring dan evaluasi wajib dijaga kerahasiaannya.


2.    Manajemen Risiko

Setiap kegiatan atau program yang telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana. Ketidakpastian inilah yang disebut dengan risiko. Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi (ketidak pastian) akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang. Setiap kegiatan atau program yang dibuat tentunya ada risiko yang akan ditimbulkan sehingga diperlukan suatu pendekatan untuk mengelola ketidakpastian ini yang disebut dengan MANAJEMEN RISIKO. Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan; penetapan konteks, identifikasi,analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko.

Dalam dunia pendidikan ada beberapa tipe resiko diantaranya:

  • Risiko Strategis,  merupakan risiko yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi mencapai tujuan
  • Risiko Keuangan, merupakan risiko yang mungkin akan berakibat berkurangnya asset
  • Risiko operasional, merupakan risiko yang berdampak pada kelangsungan proses manajemen
  • Risiko pemenuhan, merupakan risiko yang berdampak pada kemampuan proses dan prosuderal internal untuk memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku
  • Risiko Reputasi, merupakan risiko yang berdampak pada reputasi dan merek lembaga.

Tipe risiko tersebut dapat dikelola melalui managemen risiko. Setiap perubahan yang dilakukan oleh sekolah pasti mengandung risiko akan tetapi tidak melakukan perubahan juga akan menghasilkan risiko juga. Oleh sebab itu perlu menerapkan manajemen risiko agar risiko yang ditimbulkan dari sebuah perubahan yang dilakukan dapat diminimalisir. Adapun tahapan manajemen risiko adalah sebagai berikut:

a. identifikasi jenis risiko,

b. pengukuran risiko,

c. melakukan strategi dalam pengendalian risiko

d. melakukan evaluasi terus-menerus, maju dan berkelanjutan


3.    LAPORAN

Dalam mengelola sebuah program pelaporan merupakan sebuah hal yang tidak kalah pentingnya. Karena pada dasarnya laporan merupakan gambaran tentang apa (what) yang telah terjadi, di mana (where) kejadian tersebut berlangsung, bilamana (when) kejadian itu terjadi dan mengapa (why) hal itu terjadi, siapa (who) yang bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah terjadi, serta bagaimana (how) kejadiannya.

Tujuan dari penyusunan laporan ini diantaranya :memantau dan mengendalikan suatu kegiatan, membantu mengimplementasikan kebijakan dan prosedur yang telah ditentukan, memenuhi persyaratan, mendokumentasikan kegiatan, dan merupakan pedoman untuk persoalan tertentu. Melalui penyusunan laporan yang baik maka pengelolaan dan pelaksanaan terhadap suatu program yang akan datang dapat ditingkatkan. Baik buruknya pengelolan dan pelaksanaan suatu program dapat dilihat dari laporan yang dibuat. Hal ini disebabkan karena laporan memiliki fungsi sebagia berikut:  

  • Pertanggungjawaban dan pengawasan. Laporan merupakan suatu pertanggungjawaban dari seorang kepada pimpinannya sesuai dengan fungsi tugas yang dibebankan kepada yang bersangkutan. 
  • Penyampaian informasi. Laporan merupakan salah satu sumber informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan fungsi dan tugas-tugasnya.
  • Bahan pengambilan keputusan dalam pelaksanaan manajemen. Untuk keperluan pengambilan keputusan oleh pimpinan diperlukan data atau informasi yang berhubungan dengan keputusan yang diambil. Data atau informasi itu berasal dari semua satuan organisasi atau pejabat di dalam organisasi melalui laporan-laporan.
  • Sebagai salah satu alat untuk memperluas ide dan tukar-menukar pengalaman.

Dari uraian diatas tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola sebuah program yang berdampak pada murid, memiliki keterkaitan dengan materi pada modul atau paket lain pada program guru penggerak diantaranya:

  • Modul 1.1 Folosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Filosofi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara salah satunya tertuang dalam pernyataan beliau “Bebas Dari Segala Ikatan, Dengan Suci Hati Mendekati Sang Anak, Bukan Untuk Meminta Suatu Hak melainkan hanya Untuk Menghamba Pada Sang Anak”. Pernyataan ini mengandung arti bahwa hendaknya segala sesuatu yang dilakukan oleh guru hendaknya selalu berdampak pada murid

  • Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Karakter merupakan kejadian-kejadian yang berulang-ulang yang dilakukan sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang dipengaruhi oleh lingkungan sadar dan bawah sadar. Dalam membangun sebuah karakter dilakukan melalui pengkondisian dan pembiasaan (keteladanan dan aturan yang konsisten). Untuk membentuk karakter pada murid seluruh warga sekolah memberikan keteladanan dan membuat aturan yang konsisten, sehingga seluruh program sekolah dibuat di dikelola semata-mata untuk kempentingan dan memberikan dampak bagi murid guna membentuk karakter yang positif

  • Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Pendekatan yang digunakan dalam membangun sebuah visi (sesuatu yang belum terjadi) adalah Inkuiri Apresiatif. Inkuiri Apresiatif merupakan pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan berbasis kekuatan. Program yang dibuat dan dikelola tentunya bertujuan untuk melakukan perubahan, sehingga dalam membuat dan mengelola sebuah program hendaknya berdasarkan kekutan-kekutan yang dimiliki sehingga berdampak pada murid

  • Modul 1.4 Budaya Positif

Budaya Positif merupakan gaya hidup pada suatu kelompok untuk diwariskan. Salah satu cara membangun budaya positif disekolah adalah melalui kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas ini diambil dari ide-ide murid. Sehingga dalam membangun dan mengelola sebuah program dan budaya positif hendaknya melibatkan murid supaya hasilnya memberikan dampak pada murid

  • Modul 2.1 Pembelajaran Diferensiasi

Pembelajaran diferensiasi merupakan usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Artinya bahwa dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran hendaknya selalu memperhatikan murid. Dengan kata lain RPP dan Kegiatan Pembelajaran yang dilakukan harus berdampak pada murid   

  • Modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosi

Kegiatan dalam modul ini berupa latihan kesadaran penuh. Kesadaran penuh merupakan kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan. Salah satu teknik latihan kesadaran penuh adalah teknik STOP. Sehingga melalui latihan kesadaran penuh ini seluruh pemangku kepentingan disekolah dapat mengelola emosi dan dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab sehingga didaptakan sebuah program yang berdampak pada murid

  • Modul 2.3 Coaching

Sebuah program yang berdampak pada murid diperoleh dari murid dan untuk murid. Dalam membuat dan mengelola program program tentunya harus melibatkan murid. Sehingga diperlukan suatu cara untuk mengeluarkan ide-ide atau kekuatan yang dimiliki oleh murid. Salah sataunya melalui coaching. Coaching merupakan kegiatan percakapan yang menstimulasi pemikiran coachee dan memberdayakan potensi coachee. Melalui coaching ini diharapakan nanti muncul ide dan kekuatan yang ada pada diri murid yang dapat dijadikan untuk membuat dan ikut terlibat dalam mengelola sebuah program sehingga program tersebut dari dan untuk murid

  • Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Salah satu hal yang harus dilakukan dalam pengelolaan sebuah program adalah pelaporan sebuah program. Karena melalui laporan dari sebuah kegiatan ini dapat diambil sebuah keputusan. Tentunya dalam mengambil sebuah keputusan ini perlu selain memperhatikan laporan dari kegiatan perlu juga menerapkan 9 langkah dalam pengambilan keputusan agar diperoleh sebuah keputusan yang terbaik. 9 (Sembilan) langkah tersebut adalah:

a.    Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

b.    Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

c.    Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

d.    Pengujian benar atau salah

e.    Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

f.      Melakukan Prinsip Resolusi

g.    Investigasi Opsi Trilema

h.    Buat Keputusan

i.      Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

  • Modul 3.2 Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya

Segala bentuk program yang telah dibuat dan dikelola tentunya bertujuan untuk melakukan sebuah perubahan yang lebih baik. Dalam melakukan sebuah perubahan disekolah tentunya yang menjadi sasaran utama adalah murid. Sehingga dalam melakukan perubahan hendaknya berdampak pada murid serta hasil yang diharapkan sifatnya berkelanjutan. Oleh sebab itu dalam mengelola sebuah program hendaknya menggunakan Pendekatan Berbasis Aset. Pendekatan Berbasis Aset ini menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Potensi ini dapat berupa modal manusia, modal social, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, serta modal agama dan budaya




Kamis, 29 April 2021

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2 "PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA"

A

pa yang ada dibenak pikiran Anda jika mendengar kata “Ekosistem”?. Pasti dipikiran Anda adalah mata pelajaran biologi. Dalam biologi eksosistem merupakan suatu sistem ekologi (cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lain dan juga dengan lingkungan sekitarnya) yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara kompenen biotik (makhluk hidup) dengan kompenen abiotik (lingkungannya). Ekosistem yang baik dicirikan dengan ditandai adanya pola hubungan yang saling menunjang antara kompenen biotik dengan abiotik.

Sebuah sekolah bisa diibaratkan sebagai sebuah ekosistem. Hal ini disebabkan karena disekolah terjadi interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Jika kedua factor ini yakni factor biotik dan abiotic saling berinteraksi secara selaras dan harmonis maka akan terbentuk sebuah tatanan yang positif disebuah sekolah. Begitu pula sebaliknya jika kedua factor ini tidak tidak selaras dan harmonis dalam berinteraksi maka tatanan pada sekolah tersebut akan rusak.  Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah meliputi : murid, kepala sekolah, guru, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah. Sedangkan faktor-faktor abiotic meliputi keuangan  serta sarana dan prasarana.

Dalam melakukan pengembangan dan perubahan disebuah komunitas/sekolah, selain mengetahui factor-faktor yang saling berinteraksi ini perlu kiranya juga mengetahui dan menggunakan pendekatan yang dipakai dalam mengembangkan sebuah komunitas/ sekolah. Ada 2 (dua) jenis  pendekatan yang dipakai dalam mengembangkan sebuah komunitas/ sekolah yakni Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking).

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)  akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.  Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negative sehingga dapat menjadikan buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar. Sedangkan Pendekatan Berbasis Aset akan menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Perbedaan kedua pendekatan ini dapat dilihat pada table dibawah ini

Berbasis Kekurangan/Masalah

Berbasis Aset

Fokus pada masalah dan isu

Fokus pada asset dan kekuatan

Berkutat pada masalah

Membayangkan masa depan

Mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan – selalu bertanya apa yang kurang

Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut

Fokus mencari bantuan dari sponsor atau institusi lain

Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan)

Merancang program atau proyek untuk menyelesaikan masalah

Meraancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan

Mengatur kelompok yang dapat melaksanakan proyek

Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan

Dari uraian tentang perbedaan kedua pendekatan tersebut, manakah yang sering kita gunakan sebagai seorang guru dalam mengembangkan kelas/sekolah?. Tentunya harapannya sekarang adalah dalam melakukan pengembangan kelas/sekolah sudah saatnya seorang guru fokus menggunakan pendekatan berbasis aset. Karena inti dari pendekatan berbasis aset adalah fokus pada asset dan kekuatan yang dimiliki sehingga akan diperoleh hasil yang sifatnya berkelanjutan. Hal ini juga sejalan dengan konsep pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan sebuah paradigma managamen perubahan yakni inkuiri apresiatif (IA).

Menurut Ki Hadjar Dewantara bahwa “pendidik hanya bisa menuntun murid sesuai kodrat alam dan Kodrat jaman” . Artinya kodrat alam dan kodrat jaman (keduanya ini disebut dengan kodrat keadaan) tidak bisa diubah. Sedangkan inkuiri apresiatif (IA) adalah paradigma perubahan berdasarkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki. Sehingga dalam melakukan perubahan hendaknya berdasarkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki (aset) baik “kodrat alam maupun kodrta jaman” sehingga akan diperoleh hasil yang sifatnya berkelanjutan dan tentunya berpihak kepada murid. Berpihak pada murid dapat dilihat dari bagaimana seorang pendidik menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar murid (pembelajaran berdiferensiasi).

 Dalam mengimplementasikan pendekatan berbasis aset, perlu kiranya mengetahui aset-aset yang dimiliki oleh sebuah komunitas/sekolah. Menurut Green dan Haines (2002) ada 7 aset utama (modal utama), yaitu:

1.    Modal Manusia

  • Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
  • Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas,
  • Modal ini juga dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan

2.     Modal Sosial

  • Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat.
  • Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.
  • Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi.

3.    Modal Fisik

  • Bangunan.
  • Infrastruktur atau sarana prasarana

4.    Modal Lingkungan/alam

Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup.  Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.

5.    Modal Finansial

Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.

6.    Modal Politik

  • Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial.
  • Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.

7.    Modal Agama dan budaya

Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya.


Minggu, 11 April 2021

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1"PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN"

I

ng ngarsa sung thulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani adalah sebuah semboyan yang sering kita dengar didunia pendidikan. Adalah Ki Hajar Dewantara, sosok yang mencetuskan semboyan tersebut sekaligus beliau sebagai pahlawan yang telah memperjuangkan sistem pendidikan di tanah surga ini dan berani menentang sistem pendidikan Hindia-Belanda di era kolonial dulu. Semboyan”Ing ngarsa sung thulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang disebut sebagai pratap triloka mengandung arti “di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang memberi dorongan”. 

Makna dari pratap triloka di atas adalah prinsip pendidikan yang progresif. Jadi, seorang guru bukan sekedar sosok yang berdiri di depan dan mentransfer ilmu ke murid, tapi juga harus berdiri di antara murid dan di belakang mereka. Sistem ini mengajarkan kepada seorang pendidik untuk rendah hati, pengertian, mengayomi dan memahami muridnya. Setiap rencana, aktivitas, kegiatan, dan keputusan yang diambil oleh pendidik hendaknya selalu berpihak pada murid.

Setiap muird terlahir dengan bakat masing-masing. Sehingga tidak tepat kalau sekarang kita mengatakan bahwa murid itu diibaratkan sebagai kertas kosong yang bisa ditulis semau-maunya oleh pendidik. Murid diibaratkan sebagai sebuah kertas yang berisi tulisan-tulisan yang samar atau kabur, sehingga pendidik hanya sebatas menerangkan kembali tulisan-tulisan tersebut. Dalam hal ini pendidik hanya sebatas menuntun tumbuh kembangnya kodrat-kodrat yang ada pada diri murid.

Dalam menuntun murid, hendaknya seorang pendidik harus berpikir matang-matang dalam mengambil setiap keptusan. Selaian memperhatikan kodrat-kodrat yang ada pada diri murid, perlu kiranya memperhatikan hal-hal lain juga. Diantaranya menerapkan paradigma inkuiri apresiatif (paradigma perubahan dengan pendekatan kolaboratif berbasis kekuatan), menerapkan budaya positif (gaya hidup pada suatu kelompok untuk diwariskan), pembelajaran diferensiasi (usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuh kebutuhan belajar murid), pembelajaran social emosional (pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah) dan yang tidak kalah penting adalah bagaimana pendidik menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan setiap akan mengambil keputusan.

Setiap keputusan yang diambil oleh pendidik yang berdampak ke murid tentunya sangat dipengaruhi oleh karakter pendidik. Karakter merupakan kejadian-kejadian yang berulang-ulang yang dilakukan sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang dipengaruhi oleh lingkungan sadar dan bawah sadar. Karakter inilah yang nantinya akan menentukan sebuah keputusan yang akan diambil oleh seseorang pendidik. Jika sesorang pendidik terbiasa melakukan hal-hal atas dasar rasa kasihan maka orang tersebut akan mengambil sebuah keputusan atas dasar prinsip kasihan dan membelokkan aturan, begitu juga sebaliknya ketika seorang pendidik terbiasa melakukan hal-hal atas dasar aturan maka orang tersebut akan mengambil sebuah keputusan berdasarkan aturan dan mengeyampingkan rasa kasihan sebagai wujud bentuk menegakkan aturan.

Dalam mengambil sebuah keputusan tentunya ada pertentangan yang akan dialami. Pertentangan inilah yang terkadang dinamakan dengan dilima etika atau bujukan moral. Dilima etika merupaka situasi benar vs benar. Artinya bahwa situasi yang terjadi ketika sesorang harus memilih diantara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentengan. Misalnya ketika orang menentukan pilihan antara aturan dengan kasihan. Adalah benar jika orang tersebut memilih atauran dan mengenyampingkan rasa kasihan untuk menegakkan aturan sebagai rasa hormat terhadap keadilan. Dan benar juga jika orang tersebut membengkokkan aturan merupakan rasa kasihan atau kebaikan. Sedangkan bujukan moral murupakan situasi benar vs salah. Arinya adalah situasi yang terjadi ketika sesorang membuat keputusan antara benar atau salah. Misalnya berbohong untuk melindungi sesorang. Walaupun tujuannya baik berbohong tetap tidak dibenarkan

Dalam dunia pendidikan dilima etika adalah hal berat yang harus dihadapi. Karena etika bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Sehingga dalam mengambil sebuah keputusan perlu kiranya dipikirkan secara matang-matang agar tidak menimbulkan penyesalan dikemudian hari. Ibarat sebuah pribahasa “sesal dahulu pendapatan sesal kemudian tiada guna” yang mengandung arti “hendaknya berpikir masak-masak sebelum membuat suatu keputusan “.

Keputusan yang kita ambil sebagai pendidik tentunya memiliki dampak terhadap murid. Terutama keputusan yang berkaitan dengan dilima etika. Sehingga perlu menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan dalam pengambilan sebuah keputusan. Karena etika bersifat relatif bukan berarti keputusan yang diperoleh sudah baik dengan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan tetapi dengan menerapkan 9 langkah tersebut seorang pendidik sudah berusaha melakukan yang terbaik dalam mengambil sebuah keputusan. 9 langkah ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1.    Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

Langkah ini mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama serta  akan membuat kita menyaring masalah yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. 

2.    Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi tertentu perlu selanjutnya untuk mengetahui dilema siapakah ini.

3.    Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Dalam pengambilan keputusan yang baik tentunya membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya.

4.    Pengujian benar atau salah

ü  Uji Legal

Pertanyaan dasar yang harus diajukan adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah.

ü  Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila dilema etika tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran peraturan atau kode etik.

ü  Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi kita dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini.

ü  Uji Halaman Depan Koran

Apa yang kita akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada halaman depan dari koran dimana sesuatu yang kita anggap merupakan ranah pribadi kita tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat.

ü  Uji Panutan/Idola

Dalam langkah ini, kita akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan kita, misalnya ibu kita. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu kita, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi kita dan orang yang sangat berarti bagi kita.

5.    Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang kita alami

o   Individu lawan masyarakat (individual vs community)

o   Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

o   Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

o   Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

6.    Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang kira-kira yang akan dipakai

o   Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

o   Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

o   Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking

7.    Investigasi Opsi Trilema

Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini.

8.    Buat Keputusan

Titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

9.    Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan

Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Pada akhirnya kita sebagai pendidik hendaknya tetap berusaha konsisten menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian dalam pengambilan keputusan baik yang menyangkut urusan murid maupun urusan sekolah. Karena yang menjadi kendala seorang pendidik apalagi pribadi penulis adalah sebuah kekonsistenan dalam menerapkannya. Segala bentuk keputusan yang kita ambil itu kelak yang akan menjalaninya adalah murid. Guru hanya sebatas membimbing, sehingga keputusan yang kita ambil hendaknya selalu berpihak terhadap murid guna memberikan dampak yang positif dalam pengembangan potensi murid.





PEMBELAJARAN YANG NYAMAN DAN DINANTIKAN OLEH SELURUH MURID

Latar Belakang   K egiatan Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan ...